Wednesday, September 7, 2011

sajak : prosa diujung bulan desember

prosa di ujung bulan desember

daunan cemara berjatuhan. sisa-sisa rantingnya dibebatuan
memberiku asa : memperpanjang durasi mimpiku. melanjutkan
khayaliku.

lalu aku berlari mendaki lembah. mengejar kesempatan
menemukan rongga bumi. tempat persembunyian sementara
sebelum deras hujan. sebelum air pertama menyentuh ubun-ubunku

(inilah aku, petualang terluka. hidup mengembara di alam kegelisahan dan keresahan. tanpa cinta. tanpa irama. dan tanpa rasa)

kdg/2011

sajak : sebuah prosa tak lengkap : 3 x 24 jam

sebuah prosa tak lengkap : 3 x 24 jam

sudah jenuh. aku membunuh waktu
3 x 24 jam
terbuang. entah percuma
sia-sia atau apa
kemana

semua tampak semu
gembira ini. senang ini. suka ini
sekedar pelipur. lalu sekejap hilang
menguap ke-awang-awang

lari dari kenyataan. melepas diri dari garis
nasib hidup. mungkin suatu kebodohan
bahkan sebuah ketololan
dan
membiarkan begitu saja jarum jam
menggilas angka demi angka
adalah manusia minus akal. moral. estetika

sudah jenuh
3 x 24 jam
kukuburkan waktu
diliang lahat kabut

kini. tinggal giliranku
dimusnahkan hukum besi dunia
tumpukan masalah diatas pondasi
kemalasan
menghancurkan impian, cita-cita dan
kebahagian hidupku.

tegal/magrib 26/12/2010

Sajak : Qiyamul Lail

QIYAMUL LAIL

bukan air mata menderas hujan
bukan rembulan menyibak kabut
bukan asa menggundah rasa

(seperti dalam keheningan gua hira : ektase disusuran zaman)

ketika sajak jadi mantra
ketika puisi jadi do’a
didekapan-Mu, sungguh setitik rindu tak tertuliskan...

angkinang, 6/09/2011

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More