(dari sebuah syair yang tak berjudul)
pada puncak pendakian yang terjal
sebuah lirih lamat terdengar
berulang dan kemudian menghilang
tapi apakah itu zikir atau hanya sedu ?
juga seperti tangis
isak yang coba disembunyikan
keluh yang coba dipendam
resah yang coba ditahan
itu seperti ode
sebuah kidung penyesalan
yang mirip ratapan
seorang kekasih tuhan
yang melakukan pengakuan
malam berhenti
bukit kutukan memeluk sepi
dan bulan... ada di langit mana kini
(aku rindu)
aku menanti
aku berdiri disini
untuk men-ada kembali
jtg – kdg / 2004 – 2011
0 comments:
Post a Comment