Tuesday, December 13, 2011

PROSA DI SUATU MUSIM SEMI

saya berkhayal. sungai dengan rakit bambu yang ia dayung kini, dahulunya
adalah penanda tanah huma, tempat tersubur menanam dan memanen
puisi kehidupan. tempat dimana, pohon cinta bersemai.

setelah reda hujan pagi. dari hulu amandit. ia menanjak arus, menyusuri belantara.
menghitung setiap jengkal tanah, setiap pohonan dan semua dedaunan. mengukur luas hamparan semak belukar serta mengira seberapa lagi padang rerumputan yang tersisa. bahwa ketika semua hanya menjadi kenangan, dengan tiada jejak yang tertinggal. dalam jiwanya, ia masih menyimpan bau wewangian dupa, setangkai kembang mayang, selembar daun sirih.

sebelum hujan datang kembali.
sebelum matahari menghabiskan tetesan terakhir embun
diakhirinya, perjalanan ingatan ini. dihentikannya putaran memori
ia lipat peta dan gps. ia sadar, di titik ia berdiri. ia kehilangan tanda, juga kehilangan penanda.

ia ingin kembali ke masa depan. ke kota, tempat dimana bisa merayakan modernitas
merayakan ingatan di bawah tugu yang tampak angkuh. ia hendak mengadukan resah hatinya. bahwa musim semi kini, membuatnya gamang. galau oleh impian yang dibangunnya, tentang pesona tanah leluhur


kdg, awal desember 2011

2 comments:

bila kutak mampir kesini, aku merasa punya hutang jika ada sahabat yang mampir diblog saya
terimaksih ya dan ninggalin jejak di blog saya sehingga aku mendapatkan alamt asli dari blogmu

terima kasih balik karena dan berkunjung balik dan meninggalkan jejak juga di blog ini... happy blogging...

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More