berlari hingga tepian sorga
disayap malaikat kemudian aku berdiri
menatap segalanya
mencoba berkhidmat
ah, hanya setengah dari rasaku yang
penuh sleuruh meyakini
atas imaji ini
akan mencipta arti
mengejawantahkan makna
memberi tafsir baru tentang hidup
karena hingga tepian sorga
semula aku masih meragu, tak tahu
aku akan lepas dari kubangan lumpur
kehampaan imaji terkutuk itu
hidup serupa serangkaian mimpi
dan tak, tak akan pernah menjadi sempurna di pagi hari
mesi, bahkan seringkali aku sesali
---memang tanpa suatu tangis—dan hanya berlari
seperti chairil, seperti sutardji, mungkin juga sapardi
mengamuk dikesunyian, sepanjang hari
diderasnya arus bait khayali puisi
melintas batas ketakwajaran, menuju hingga ke tepian sorga
mungkin aku mendapati, atau bahkan tidak
sama sekali
dan disayap malaikat, aku masih manaruh harap
(dedicted to mm, bdg 2004-2005)
0 comments:
Post a Comment